Monday, October 23, 2017

Arsitektur Sistem Informasi

Salam Sarjana || Saya akan membahas materi sistem Informasi tentang Arsitektur Informasi, baiklah marilah kita bahas.

1. Arsitektur Informasi


      Arsitektur informasi (atau arsitektur teknologi inforrnasi, arsitektur sistem informasi, infrastruktur teknologi informasi) adalah suatu pemeta­an atau rencana kebutuhan-kebutuhan informasi di dalam suatu organisasi (Turban, McLean, Wetherbe, 1999). Arsitektur ini berguna sebagai penuntun bagi operasi sekarang atau menjadi cetak-biru (blueprint) untuk arahan di masa mendatang. Tujuan dari arsitektur ini adalah agar bagian teknologi informasi memenuhi kebutuhan-kebutuhan bisnis strategis organisasi. Oleh karena itu, arsitektur informasi memadukan kebutuhan informasi, komponen sistem informasi, dan teknologi pendukung.


Sumber
Definisi
Laudon &
Laudon (1998)
Arsitektur informasi adalah bentuk khusus yang meng­gunakan teknologi informasi dalarn organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan atau fungsi-fungsi yang telah dipilih.
Zwasy(1)98)
Arsitektur informasi adalah desain item komputer secara keseluruhan (termasuk sistem jaringan) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi yang spesifik


 
Sebuah arsitektur informasi yang detail berisi perencanaan yang di­gunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut (Alter, 1992) :
  • Data apa yang akan dikumpulkan?
  • Di mana dan bagaimana data dikumpulkan?
  • Bagaimana cara mengirimkan data?
  • Di mana data akan disimpan?
  • Aplikasi-aplikasi (program) apa yang akan menggunakan data dan bagaimana aplikasi-aplikasi tersebut dihubungkan sebagai sebuah sistern yang utuh?
Arsitektur informasi menggunakan arsitektur teknologi yang dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tersentralisasi (centralized), desen­tralisasi (decentralized), dan client/server.

Skema Arsitektur Informasi



1. Arsitektur Tersentralisasi
 
   Arsitektur tersentralisasi (terpusat) sudah dikenal semenjak tahun 1960-an, dengan mainframe sebagai aktor utama. Mainframe adalah komputer yang berukuran relatif besar yang ditujukan untuk menangani data yang berukuran besar, dengan ribuan terminal untukk mengakses data dengan tanggapan yang sangat cepat, dan melibatkan jutaan transaksi.



Sistem Informasi – Arsitektur Tersentralisasi
 
    Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, dominasi mainframe pada lingkungan dengan komputasi terpusat menjadi berkurang karena kehadiran minikomputer dan mikrokomputer (PC) yang ber­kemampuan lebih kecil tetapi dengan harga yang jauh lebih murah.
   Implementasi dari arsitektur terpusat adalah pemrosesan data yang terpusat (biasa disebut komputasi terpusat). Semua pemrosesandata di­lakukan oleh komputer yang ditempatkan di dalam suatu lokasi yang ditujukan untuk melayani semua pemakai dalam organisasi. Kebanyakan perusahaan yang tidak memiliki cabang menggunakan model seperti ini.


2. Arsitektur Desentralisasi 

   Arsitektur desentralisasi merupakan konsep dari pemorosesan data tersebar (atau terdistribusi). Sistem pemrosesan data terdistribusi (atau biasa disebut sebagai komputasi tersebar). sebagai system yang terdiri atas sejumlah komputer yang tersebar padu berbagai lokasi yang di’ hubungkan dengan sarana telekomunikasi dengan masing-masing komputer mampu melakukan pemrosesan yang serupa secara  mandiri. Tetapi bisa saling berinteraksi dalam pertukaran data. Dengan kata lain sistem pemrosesan data distribusi membagi sistem pemrosesan dan terpusat ke dalam subsistem-subsistem yang lebih kecil, yang pada hakikatnya masing-masing subsistem tetap berlaku sebagai sistem pemrosesan data yang terpusat.
Sistem Informasi – Arsitektur Desentralisasi
 
    Model sederhana sistem pemrosesan terdistribusi terdapat pada sejumlah komputer yang terhubung dalam jaringan yang menggunakan arsitekstur peer-to-peer, masing-masing komputer memiliki kontrol terhadap resource (misalnya data, printer, arau CD-ROM), tetapi memungkinkan komputer lain menggunakan sesumber (resource) tersebut. Sistem seperti ini menjadi pemandangan yang umum semenjak kehadiran PC yang mendominasi perkantoran.


Sistem Informasi – Peer To Peer
 
     Sistem pemrosesan terdistribusi bisa diterapkan dalam sebuah organi­si. Setiap area fungsional (departemen) mempunyai unit pemrosesan informasi tersendiri.
    Penerapan sistem terdistribusi biasa dilakukan pada dunia perbankan. Setiap kantor cabang memiliki pemrosesan data tersendiri. Namun, jika dilihat pada operasional seluruh bank bersangkutan, sistem pemrosesannya berupa sistem pemrosesan data yang terdistribusi


Keuntungan dan kekurangan sistem pemrosesan data tersebar



Keuntungan
Kerugian
  • Penghematan biaya
  • Peningkatan tanggung jawab terhadap pengeluaran biaya
  • Peningkatan kepuasaan pemakai
  • Kemudahan pencadangan ketika terjadi musibah
  • Memungkinkan kekacauan kontrol terhadap sistem komputer
  • Ketidaksesuaian dalam menyediakan perangkat lunak dan perangkat keras
  • Kemubaziran dalam tugas
  • Standarisasi bisa tak tercapai

 

Alasan penghematan biaya adalah karena tidak semua unit yang memerlukan komputasi membutuhkan perangkat komputer dengan spesifikasi yang sama. Unit-unit yang hanya memproses transaksi dengan jumlah kecil sudah sepantasnya memerlukan biaya yang lebih ekonomis seiain itu, komputasi yang hanya berpengaruh pada internal suatu unit tidak perlu berkomunikasi dengan unit lain yang memiliki sistem ter­pusat.
          Dengan mendistribusikan keputusan untuk menyediakan sarara komputasi pada masing-masing unit, tanggung jawab para manajer terhadap pengeluaran biaya di masing-masing unit menjadi meningkat. Mereka akan lebih agresif dalam menganalisis kebutuhan-kebutuhan karena akan mempengaruhi kinerja keuangan. Hal ini sekaligus juga dapat meningkatkan kepuasan pemakai, mengingat pemakai tentunya ingin mengontrol sendiri sumber-sumber daya yang mempengaruhi profitibilitas dan secara aktif pemakai tentu ingin mengembanakan dan mengimplementasikan sistern mereka.
          Dengan adanya otonomi, masing-masing unit dapat segera melaku­kan tindakan dan pencadangan ketika terjadi musibah yang menimpa sistem. Pada sistem yang terpusat, mau tak mau unit yang mengalami musibah harus menunggu bala bantuan dari pusat.
         Kelemahan utama sistem pemrosesan data tersebar adalah pengawas­an terhadap seluruh sistem informasi menjadi terpisah-pisah dan mem­buka peluang terjadinya ketidakstandaran. Bila hal ini terjadi, keuntungan sistem ini akan terlupakan (Scott, 2001). Keadaan ini bisa terjadi jika unit-unit pengolahan informasi lokal terlalu banyak diberikan keleluasa­an Oleh karena itu, wewenang pusat harus tetap dipertahankan, misalnya dalam hal pembelian perangkat keras atau penentuan perangkat lunak yang digunakan. Hal seperti ini lazim dilakukan oleh berbagai perusahaan dengan menempatkan orang-orang teknologi informasi di unit-unit pengolahan informasi dan mereka bertanggung jawab terhadap rnanajemen pusat. Dengan demikian, konsolidasi dapat dilakukan dengan mudah.
         Cara ini juga sekaligus untuk mengantisipasi terjadinya redundansi dalam mengembangkan sistem. Misalnya, didasarkan atas otonomi di setiap unit pengolahan informasi, sebuah program (aplikasi) yang dibangun oleh seorang programmer yang semestinya dapat dipakai oleh unit lain tanpa perlu perubahan atau perlu sediki perubahan saja, akan dibuat kembali oleh unit lain. Tentu saja, hat ini merupakan suatu contoh kemubaziran
 
3. Arsitektur Client/Server
 
Dewasa ini, konektivitas antara berbagai macam komputer sangatlah tinggi. Beragam komputer dari vendor yang bermacam-macam bisa saling berinteraksi. Istilah interoperatibilitas sering dipakai untuk me­nyatakan keadaan ini. Perkembangan ini akhirnya juga disusul oleh kemudahan perangkat lunak untuk saling berinteraksi. Sebuah basis data pada prinsipnya dapat diakses oleh perangkat lunak apa saja. Sebagai gambaran, jika Anda menggunakan basis data Oracle, Anda bisa memani­pulasi basis data Anda dengan menggunakan perangkat lunak seperti Delphi, PHP, Visual BASIC, ataupun yang lain. Dari sisi perangkat lunak seperti Delphi, Anda juga bisa memanipulasi basis data yang lain seperti InterBase atau MySQL.
     Client mempunyai kemampuan untuk melakukan proses sendiri. Ketika sebuah client meminta suatu data ke server, server akan segera nenanggapinya dengan memberikan data yang diminta ke client bersang­kutan. Setelah data diterima, client segera melakukan pemrosesan.
      Model komputasi yang berbasis client/server mulai banyak diterap­ian pada sistem informasi. Dengan menggunakan arsitektur ini, sistem informasi dapat dibangun dengan menggunakan perangkat lunak gado-gado. Artinya, jika pada awalnya sistem informasi dibangun dengan menggunakan perangkat lunak X, maka untuk pengembangan aplikasi baru dapat menggunakan perangkat lunak Y. Tidak perlu ada migrasi sistem.
 
Keuntungan arsitektur client/server


Fitur
Keuntungan
Jaringan mesin-mesin yang
kecil tetapi berdaya guna.
Jika sebuah mesin macet, bisnis tetap berjalan..
Kumpulan komputer dengan ribuan MIPS (Million lnstructions Per Second).
Sistem memberikan kekuatan dalam melaksanakan suatu tugas tanpa memonopoli sumber-sumber daya. Pemakai akhir diberi hak untuk bekerja secara lokal.
Beberapa worstation sangat handal seperti mainframe, tetapi dengan biaya 90% lebih rendah.
Dengan memberikan kekuatan yang lebih untuk biaya yang kecil, system menawarkan keluwesan untuk melaku­ kan pembelian pada hal-hal lain atau untuk meningkatkan keuntungan.
Sistem terbuka.
Anda bisa memilih perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan dari ber­bagai vendor.
Sistem tumbuh dengan mudah dan dapat diperluas secara tak terbatas.
Sangatlah mudah untuk memperbarui sistem Anda saat kebutuhan Anda berubah.
Lingkungan operasi klien yang bersifat individual.
Anda dapat mencampur clan mencocok kan platform komputer yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing departemen dan pemakai.


 

No comments:
Write comments